Monday 18 April 2011

Tehnik Dasar Landscape [Photography]

Masalah teknis sebetulnya tidak terlalu penting, tapi tetap harus dikuasai agar pada saat memotret kita tidak terganggu oleh masalah – masalah basic seperti shutter speed, iso, aperture, dan lain sebagainya. Mungkin teman – teman sudah tahu akan hal ini, tapi kita akan lihat pengaplikasinya dalam fotografi landscape. Sebelumnya, anda juga harus mengetahui tentang shutter speed, iso, dan aperture. Seperti yang kita ketahui, dalam fotografi landscape, kita tidak bisa mengatur cahaya yang ada; semuanya kehendak Tuhan. Tugas kita adalah mengatur kamera agar apa yang kita lihat bisa kita terjemahkan ke dalam frame kita ( hasil visualisasi awal ).



Metering

Metering juga harus dikuasai dengan baik. Pelajarilah fungsi masing-masing metering pada kamera, karena setiap kamera mempunyai karakteristik metering yang berbede. Tips : untuk Nikon, gunakanlah matrix metering karena hasilnya 90 % benar. Paling kita hanya perlu mengkompensasi exposure ke nilai plus(+) jika scene terlalu banyak terang, atau ke nilai (-) jika terlalu banyak bagian gelap. Tapi ini hanya untuk mendapatkan exposure yang “benar” dan ini terserah dari teman – teman sendiri, apakah ingin dibuat lebih terang atau lebih gelap. Dan berbicara masalah outdoor photography, otomatis kita berada dalam kondisi pemotretan dengan dynamic range yang tinggi. Mata kita mungkin masih bisa menangkapnya karena mata merupakan sensor terhebat yang diciptakan Tuhan. Sedangkan sensor kamera tidak akan bisa. Ini bisa dikompensansi dengan filter Gradual Neutral Density. Tahukan teman – teman bahwa penggunaan filter justru untuk mendapatkan efek yang natural ? bukan sebaliknya.

Exposure mode

Dalam kamera, banyak sekali mode exposure yang dapat dipilih. Pada dasarnya hanya ada 4 buah. Program, Aperture priority, Shutter priority, Manual. Mode – mode tambahan seperti portrait, landscape, auto, night portrait, dan lain-lain sebaiknya tidak usah dipakai. Karena mode-mode itu sebenarnya hanyalah pengembangan dari mode PSAM. Tetapi mode-mode tambahan ini terkadang berguna untuk men-switch picture control. Contoh kasus: Anda menggunakan mode exposure manual dan picture control landscape. Kemudian anda ingin memotret teman di sebelah anda. Jika langsung dipotret, saya jamin warna kulit teman anda akan menjadi berwana sangat dangdut :) . Maka dari itu , putarlah ke mode portrait dan anda akan medapatkan foto dengan warna yang seharusnya.

Focal length

Masalah teknis yang juga penting adalah masalah pemilihan focal length. Untuk pemotretan landscape disarankan memakai lensa yang lebar. Tapi tidak mutlak, ingat bahwa dalam foto landscape yang benar adalah kita tidak berusaha memasukan semua elemen yang ada, tetapi memilih beberapa elemen untuk mewakili semuanya. Lho, kalau begitu untuk apa donk lensa lebar segala ? Lensa lebar bukan digunakan untuk mengambil selebar – lebarnya, lensa lebar justru untuk menimbulkan perspektif antara objek yang dekat dengan objek yang jauh. Akan di bahas di komposisi dalam fotografi landscape.


post from: http://wiranurmansyah.com

Monday 5 July 2010

Belajar pengaturan eksposur dalam fotografi


Sering kali otomatis kamera, fitur pemaparan cukup baik sehingga dapat mengandalkan gambar terbuka sempurna sepanjang waktu. Tapi Kadang-kadang, bagaimanapun, Anda bisa mendapatkan efek yang mengagumkan dari film kamera Anda dengan menggunakan pengaturan manual paparan Anda. Belajar harus menimpa pengaturan default kamera untuk mendapatkan gambar yang luar biasa. Menunjuk kepada perubahan pajanan terhadap meningkatkan atau mengurangi tingkat ketajaman elemen dalam gambar Anda.


1. Putuskan apakah Anda ingin foto Anda bahkan memiliki ketajaman di seluruh, atau jika anda ingin memiliki citra yang tajam di tengah-tengah gambar, dan latar belakang yang kabur. Langkah pertama akan menjelaskan mengambil gambar di mana Anda ingin seluruh bingkai untuk menjadi tajam. Kedua akan menjelaskan cara untuk mengambil gambar tajam yang memiliki latar depan dan latar belakang yang kabur.

2. Bila Anda ingin gambaran yang tajam segala sesuatu dalam kerangka Anda, Anda ingin membuat kamera aperture setipis mungkin agar dapat mengambil keuntungan dari fisika cahaya yang mempersempit cahaya masuk ke kamera. Sebagai contoh, jika Anda mengambil gambar normal di mana rata-rata pengaturan eksposur akan F11 dengan kecepatan rana 125, Anda akan mengubah pengaturan aperture untuk F16, dan menghentikan kecepatan rana ke 60. Hal ini akan memungkinkan lebih sedikit cahaya yang akan datang melalui lensa kamera, dan semakin lambat kecepatan rana akan membuat cahaya yang hilang penembakan di F16 dari F11.

3. Jika kamera Anda memiliki fungsi preview atau sebuah tombol, Anda dapat mendorong untuk melihat bagaimana gambar akan terlihat, gunakan fungsi yang sekarang untuk melihat apakah Anda mendapatkan gambar tajam dari depan ke belakang. Jika sedikit kabur di salah satu dari elemen gambar tersebut, pilih pengaturan aperture f22, dan kecepatan rana 30. Jika ini memberikan Anda tingkat ketajaman yang Anda inginkan, mengambil gambar. Semakin lambat kecepatan rana, semakin besar kemungkinan Anda akan mengalami goyangan kamera, jadi memegang erat-erat atau kamera menggunakan tripod untuk mengambil gambar Anda.

4. Jika Anda ingin untuk menyorot sesuatu di latar depan, sebaliknya langkah-langkah yang dilakukan. Pengaturan aperture yang lebih luas, dan pengaturan rana yang lebih cepat. Sebagai contoh, jika Anda ingin menangkap dekat dari bunga dan latar belakangnya kabur, buka aperture untuk f8 dan mengubah kecepatan rana untuk 250. Hal ini akan menyoroti latar depan Anda, dan memberi Anda lembut, fuzzy latar belakang.

Petunjuk:

Dengan belajar tentang berbagai jenis eksposur secara manual, Anda dapat mengubah gambar yang Anda ikuti.

Jika anda melihat bunga yang indah dengan latar belakang yang buruk, gunakan pengaturan aperture yang lebar dan cepat rana untuk mengaburkan latar belakang. Di sisi lain, jika seluruh adegan di depan Anda adalah menakjubkan, gunakan aperture sempit dan lebih lambat rana untuk membawa seluruh gambar tersebut ke dalam fokus.

Ada kurva belajar yang terkait dengan teknik eksposur secara manual. Bila Anda baru saja mulai, Anda mungkin ingin menggunakan film murah dan pengolahan sementara Anda belajar.

Saturday 22 May 2010

Pengenalan Dasar Pencahayaan Dalam Fotografi


Cahaya dalam fotografi adalah unsur yang paling penting dan utama untuk menciptakan sebuah gambar, image atau foto.

Fotografi sendiri berarti: menggambar dengan cahaya

Tanpa adanya cahaya kita bagai berada di ruang yang gelap gulita tanpa dapat melihat apapun juga.

Kita dapat melihat obyek, memfokuskan lensa kamera dan menekan rana merekam gambar kedalam film semata-mata karena adanya cahaya.

Cahaya memberikan informasi tentang struktur bentuk object yang akan difoto.

Apa yang kita lihat pada benda adalah akibat dari pantulan cahaya ke benda tersebut yang kita tangkap dengan mata.

Pencahayaan yang diatur dengan baik akan mampu memperlihatkan hasil yang berbentuk dua dimensi (foto) menjadi seakan tiga dimensi.

Cahaya dapat menambahkan mood atau rasa dalam sebuah karya foto sebagai contoh dalam semua film horor atau thriller..mahluk yang menyeramkan selalu diberi penyinaran dari bawah..sehingga penonton me 'rasa' seram.

Kemampuan seorang fotografer dalam mengatur dan menghitung pencahayaan akan menentukan kualitas gambar yang dihasilkan.

SIFAT DASAR CAHAYA

1. Cahaya dapat menembus

* Cahaya dapat menembus bahan-bahan yang tidak padat seperti kain, kertas kalkir dan kaca sehingga kualitas kerasnya cahaya dapat dibuat lunak atau soft.


2. Cahaya dapat difokuskan

* Cahaya dapat kita salurkan kearah mana kita kehendaki, dia dapat dikumpulkan dan difokuskan agar kuantitasnya lebih besar lagi. Sebagai contoh adalah sinar Matahari yang difokuskan oleh surya kanta atau kaca pembesar.


3. Cahaya dapat dipantulkan

* Cahaya itu dapat pula kita belokan atau kita pantulkan dengan benda yang mempunya daya pantul yang tinggi seperti cermin, styrofoam, kertas perak dll yang lazim kita sebut dengan reflektor untuk menyinari bagian-bagian yang gelap.


4. Cahaya mempunyai warna

* Semua sumber cahaya mempunyai warna atau umumnya kita sebut dengan suhu warna dalam hitungan derajat Kelvin dan dapat diukur dengan Kelvin Meter / Color Meter.


Walaupun tidak secara fisik memberikan efek yang sama dengan suhu panasnya api atau dinginnya es, secara psikologi warna dapat juga dikelompokan seperti contoh warna yang hangat (merah & kuning) dan dingin (biru & hijau).

Cahaya dari sang Suryapun mempunyai warna yang berbeda disepanjang hari

Pada pagi dan sore hari akan memberikan warm tone color atau warna yang hangat kekuning kuningan, maka dari itu pemotretan model di outdoor dianjurkan pada saat seperti ini.

Derajat Kelvin rata-rata pada siang hari adalah 5500K

* Lilin 1800K
* Bohlam 100watt 2850K
* Bohlam 500watt 3200K
* Fotoflood 3400K
* Flash 5500- 5700K
* Langit biru 10000-12000K


Mata manusia kurang peka akan perubahan warna cahaya tetapi film sangatlah peka oleh sebab itu film dibagi menjadi 2 macam atau jenis yaitu :

1. Film untuk Daylight
2. Film Type A dan Type B untuk Tungsten

Apabila pemakaian film tidak sesuai dengan peruntukannya, sebagai contoh film Type A untuk pemotretan dengan tungsten maka dibutuhkan filter koreksi untuk menormalkan kembali warna yang terekam.

STUDIO FOTO

Pada umumnya studio terbagi dalam beberapa jenis menurut kegunaan dan kategorinya.

Jenis foto studio yang paling banyak dimiliki oleh fotografer profesional adalah jenis studio untuk memotret benda atau dikenal sebagai still-life foto studio dan untuk memotret manusia atau kerennya disebut portrait studio.

Jenis studio lainnya yang khusus dibuat menurut subjek yang difotonya adalah studio untuk memotret mobil, food fotografi, fashion fotografi yang lebih luas ukurannya dari portrait fotografi dll.

Fungsi utama dari studio adalah untuk memberikan kemudahan dalam pengaturan cahaya serta subjek.

Satu-satunya cara adalah memisahkan subject kedalam ruang dengan penggunaan cahaya yang dapat dikontrol sesuai dengan kemauan kita

Hal ini adalah kebalikan dari pada apabila kita melakukan pemotretan diluar ruang dengan mengandalkan cahaya dan apa yang telah disediakan oleh Tuhan YME, kita tidak dapat mengontrol sang Matahari dan mengatur atau merubah keadaan alam sekitar sesuai dengan kehendak kita, melainkan kita harus melakukan kompromi dan menyesuaikan keinginan dengan keadaan

Tetapi ada juga yang disebut daylight studio atau studio yang menggunakan Matahari sebagai sumber pencahayaannya.

Walaupun kita tetap harus berkompromi dengan keadaan cahaya yang disediakan sang surya, kita masih tetap dapat melakukan pengontrolan terhadap cahaya dengan menggunakan reflektor dan penyaring sinar yang masuk dengan tetap menyediakan kemudahan dalam mengontrolan subjek yang hendak kita foto

SUMBER PENCAHAYAAN DALAM STUDIO

Sumber pencahayaan Studio ada 3 macam

1. Sinar Matahari yang masuk melalui jendela atau lazim disebut Window Lighting

* Cahaya Matahari ini sebaiknya tidak langsung mengenai objek karena akan susah sekali mengontrol kontrasnya

2. Lampu Tungsten atau Fotoflood

* Lampu tipe ini biasanya kita sebut dengan Continous Lighting atau cahaya yang bersinar secara terus-menerus. Keuntungannya akan lebih mudah pengaturannnya, apa yang kita lihat itu yang terekam kedalam film. Kerugiannya adalah : silau, panas dan berkecepatan lambat

3. Flash

* Berbagai macam jenis flash banyak ditawarkan pasaran saat ini dari yang paling sederhana seperti elektronik flash (Canon speedlight, SB Nikon ,Metz, Nissin dll) hingga yang canggih seperti Broncolor, Visatec, Bowens, Hensel, Proflash, Electra, Multiblitz, Elinchrom dll


Bentuknya Flash juga beraneka ragam..
a. Camera Flash

* Built-in flash, Flash yang ditaruh diatas kamera pada hotshoe dan/atau pada bracket seperti Metz CT 45,CT60 dll yang dihubungkan dengan kabel syncro ke terminal x sync kamera

b. Monoflash atau dikenal juga dengan Monoblok / Monolight

* Jenis lampu ini adalah jenis yang paling sering digunakan dimana instrumen pengaturannya berada dalam satu body dan pemakaiannya tinggal dicolok ke stop kontak, biasanya lampu jenis ini dilengkapi dengan built in slave yaitu mata yang menangkap sinar flash dari lampu lain sehingga menyalakan flashnya


c. Flashhead dengan Powerpack / Generator

* Alternative lain dari monoblok adalah Powerpack.


Lampu jenis ini terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Flash Head sebagai sumber cahaya
b. Powerpack / Generator sebagai sumber daya
Flashhead hanya sebagai sumber cahaya sedangkan sumber daya terletak terpisah dan dihubungkan oleh kabel.

Karena itu bentuknya lebih kecil dari monoblok menjadikan lampu jenis ini lebih fleksibel serta mudah dalam pengaturan karena instrumen pengaturannya tidak terletak pada flashhead melainkan pada sumber dayanya yang dapat diletakan didekat fotografer
Satu Powerpack dapat menyediakan daya untuk dua hingga empat flash head, tergantung pada jenisnya dan besarnya daya yang dimiliki yaitu Joule atau Watt per-Second (WS)

Monoblok dan Flashhead ini mempunyai kelebihan dibandingkan saudara kecilnya Elektronik flash yaitu memiliki apa yang disebut dengan modelling light atau lampu penuntun yang fungsinya menuntun kita untuk dapat mengatur arah lampu dengan sebaik-baiknya.

Flash Jenis lainnya adalah :
d. Light Brush

* Powerpack dengan ujung yang dapat diganti-ganti sehingga menghasilkan cahaya yang kecil dan digunakannya seperti kita menggunakan alat cat airbrush

e. Ringflash

* Ditaruh seperti filterdidepan lensa efeknya bila diatur sedemikian rupa dapat memberi bayangan tipis disekeliling obyek. Biasanya flash ini dipakai untuk pemotretan mikro fotografi

f. Linear Flashtube

* Flashtube yang berbentuk macam neon...panjang sering digunakan untuk mencahayai background


PENCAHAYAAN DI STUDIO

Standard pencahayaan dalam studio yang umum dipakai saat ini adalah elektronik flash menggantikan lampu continuous atau tungsten lighting

Keuntungan yang didapat dari Elektronik Flash adalah :

1. Dingin tidak mengeluarkan panas dan cahaya silau secara terus menerus yang mengganggu
2. Kecepatan Tinggi sekitar 1/100 hingga 1/500 second sehingga dapat membekukan gerak
3. Karena suhu warna flash yang berkisar antara 5500K s/d 5700K maka sesuai dengan suhu warna Film Daylight yaitu 5500K


Hal diatas menggantikan kerugian Lampu Tungsten yang antara lain:

1. Panas dan silau
2. Slow atau harus menggunakan kecepatan yang lebih lambat untuk mendapatkan diafragma yang ideal atau DOF yang diinginkan
3. Kebanyakan lampu ini mempunyai suhu sekitar 3200K-3400K dan untuk mendapatkan hasil warna yang normal dapat digunakan Type B Tungsten Film atau Type A film yang sedikit diatas suhu warna tungsten yaitu 3400K atau menggunakan filter koreksi didepan lensa atau sumber cahaya Tungsten itu sendiri


Keuntungan lain dari pada Elektronik Flash adalah karena bentuknya yang mungil serta suhu yang dingin tidak panas maka dapat dimasukan kedalam softbox atau aksesori tambahan lainnya yang beraneka ragam.

Tetapi lampu tungsten juga memiliki kelebihan khusus dibandingkan dengan Elektronik Flash, kelebihan lain itu adalah :

1. Lampu Tungsten dapat merekam Motion Bur atau merekam gambar gerak yang blur atau istilah kerennya Streak Photography yang dapat digabungkan dengan flash untuk mendapatkan gambar yang tajam diakhir blur akibat gerakan tersebut.
2. Mengumpulkan Quantitas jumlah cahaya yang ideal untuk mendapatkan DOF yang ideal pada pemotretan tertentu seperti Industrial Fotografi, dengan Tungsten kita dapat merekam ruang tajam gambar sesuai dengan diafragma yang kita butuhkan dengan cara mengatur atau menyesuaikan kecepatan rana.

Elektronik Flash dapat melakukan hal yang sama dengan cara Multiple Flashes atau dengan melepaskan Flash secara berulang kali dengan catatan

* 1 x flash = normal eksposure contoh f/number 4
* 2 x flashes = +1 stop f/5.6
* 3 x flashes = +1½ stop f/6.7
* 4 x flashes = +2 stop f/8
* 6 x flashes = +2½ stop f/9.6
* 8 x flashes = +3 stop f/11
* 10x flashes = +31/3 stop f/12.5
* 12x flashes = +3½ stop f/13.2
* 14x flashes = +32/3 stop f/14.2
* 16x flashes = +4 stop f/16

tetapi tetap saja akan mudah bila menggunakan Tungsten, tinggal menggunakan fasilitas AV, mengatur diafragma yang diinginkan dan speed akan otomatis menyesuaikan

Menentukan besarnya kekuatan Studio Flash (kecuali kamera flash) tidak dengan GN atau Guide Numbernya melainkan dengan Elektrikal Inputnya yaitu dengan Joule atau Watt per-Second (WS).

Maksudnya adalah kekuatan energi mentah yang dapat ditampung dalam unit, tergantung pada besarnya kapasitor dan voltase yang akhirnya akan dilepaskan menjadi energi cahaya dengan catatan tidak semuanya dapat dilepaskan menjadi cahaya karena adanya variable flashtube dan juga kebocoran.

Hal ini juga ada sangkut pautnya dengan aksesori yang dapat ditambahkan pada sumber cahaya ini seperti Softbox, Reflektor dan Payung Pantul

MENGUKUR PENCAHAYAAN STUDIO FLASH

Alat untuk mengukur kekuatan sinar atau menetukan bukaan diafragma yang dikeluarkan oleh lampu studio dengan berbagai macam aksesorinya hanya ada tiga macam yaitu dengan :

1. Flash Meter yaitu alat untuk mengukur diafragma yang dibutuhkan atau EV (Eksposure Value) dari Flash.

Ada 2 (dua) cara dalam membaca atau mengukur pencahayaan flash yaitu :

a. Incident Light Reading
Mengukur besarnya cahaya yang jatuh pada subjek dengan menggunakan kubah putih kecil yang terdapat pada flash meter dengan cara mengarahkannya kekamera dibagian yang ingin diukur

b. Reflected Light Reading
Mengukur besarnya cahaya yang direfleksikan oleh bagian tertentu pada subjek.
Alatnya bernama spot meter cara kerjanya hampir sama dengan lightmeter yang berada alam kamera hanya saja alat pada kamera tidak dapat mengukur kilatan cahaya.

2. Polaroid Film
Merupakan alat pengukur yang paling akurat dibandingkan Flash Meter tetapi masih menggunakan metode lama yaitu trial and error, semakin lama jam terbang seorang fotografer studio dia akan semakin dapat mengira eksposure yang pas dan semakin akrab sang fotografer dengan peralatan lightingnya semakin mudah dalam mengukur pencahayaan dengan tepat.

3. Dengan adanya kemajuan tehnologi digital, maka kamera digital pun bisa menjadi cara yang akurat untuk membaca pencahayaan flash, sama halnya seperti film Polaroid.

Berdasarkan sifat dasar cahaya, sumber cahaya studio seperti sinar Mentari, tungsten dan flash dapat kita

1. Lembutkan atau disaring agar sumber cahaya menjadi lebih lembut dan lebih melebar

Contohnya adalah SoftBox dengan ciri-ciri terbuat dari semacam kain campuran plastik dengan warna perak bagian dalamnya berfungsi untuk memantulkan/mengumpulkan cahaya dan hitam dibagian luarnya dan terdapat lapisan transparan didepannya yang berfungsi untuk melunakan cahaya yang keluar. Rangkanya terbuat dari aluminium dan mudah dibongkar pasang dalam waktu singkat

Jenis-jenis Soft Box menurut bentuknya:
a. Striplight dengan ukuran perbandingan panjang dan lebar berkisar antara 3 :15 dengan fungsi untuk memperoleh refleksi garis yang sempit tetapi memanjang pada pemotretan benda-benda yang mengkilat
b. Persegi panjang / rectangle lite
c. Bujur sangkar
d. Oktalite persegi delapan

2. Konsentrasikan atau diarahkan agar sumber cahaya dapat bertambah intensitas, kontras, mudah diarahkan dan tajam
Contohnya antara lain
a. Standard reflektor yang berbentuk semacam panci dengan dasar yang bolong dan biasanya adalah perlengkapan standard studio flash
b. Barndoor yang berfungsi untuk menyekat / menghalangi arah cahaya lampu agar tidak jatuh kebidang yang tidak diinginkan, bentuknya lembaran hitam dipasang fleksibel seperti daun pintu kandang (barndoor) di kiri dan kanan atau juga atas dan bawah standard reflektor
c. Cone / Snot

3. Pantulkan keberbagai bidang yang memantul, ini adalah alternatif lain untuk mendapatkan cahaya yang lebih besar dan lebih lembut tetapi dengan intensitas kekuatan yang lebih kecil dibandingkan dengan disaring
Contohnya adalah :
a. Styrofoam
b. Langit-langit / plafon rumah
c. Payung pantul dengan bermacam-macam warna dasar (emas, perak dan putih)
d. Bahan yang dibuat khusus untuk reflektor seperti Photoflex Lite Disc dll

Untuk menambahkan dan mengurangi Intensitas atau kekuatan cahaya ada 3 (tiga) cara yang dapat dilakukan, yaitu :

1. Menaikan atau menurunkan kekuatan atau output power dari sumber cahaya
2. Menggeser, mendekatkan atau menjauhkan sumber cahaya dengan obyek
3. Menambahkan lensa pada sumber cahaya untuk memfokuskan kekuatan cahaya (optical snoot) atau filter/gel ND (netral Density) peredam sinar didepan sumber cahaya


Hal dibawah ini akan mempengaruhi bukaan diafragma dan kontras cahaya

1. Semakin besar luas sumber cahaya terhadap obyek maka semakin rendah kontras cahaya yang dihasilkan, bayangan akan menjadi lembut.
2. Semakin dekat sumber cahaya ke obyek semakin besar kontras permukaan obyek yang terdekat dengan yang terjauh dari sumber cahaya dan semakin jauh jarak sumber cahaya ke obyek semakin rendah kontras perbedaan obyek yang tercahayai khususnya pada obyek yang mempunyai kedalaman dimensi


Kesimpulannya:
Membuat Studio bagi pemula tidaklah membutuhkan biaya yang mahal..

Kita dapat membuat studio dengan modal yang udah ada seperti ruangan yang mempunyai jendela dirumah ditambah alat untuk memantulkan cahaya dan BG (background) yang bisa dari kain atau sprei...

Atau dengan bohlam lampu 250 watt dengan kombinasi penutup, pengarah atau pemantul sinar seperti diatas.

Atau dengan elektronik flash yang dipantulkan keatas atau tembok samping maupun belakang dengan catatan tembok harus berwarna putih dan memperhitungkan GN flashnya

Be creative lah!

Pendapat umum menyatakan bahwa Fotografi adalah hobi yang mahal, mulai dari peralatan hingga biaya produksi untuk mendapatkan hasil selembar cetakan foto, saya yakin semua orang diruangan ini menyetujuinya

Untuk mendapatkan hasil karya fotografi yang baik, seorang fotografer harus dapat menguasai tehnik foto atau ketrampilan tehnik yang dapat dipelajari melalui sekolah maupun seminar atau workshop serupa ini

Tetapi untuk mendapatkan hasil karya yang sempurna yang dapat dibanggakan tidaklah dijamin oleh pengetahuan atau kepintaran dalam hal tehnik yang dikuasai oleh sang fotografer atau dengan kata lain, meskipun masalah tehnis merupakan ketrampilan atau pengetahuan dasar untuk mendapatkan suatu karya fotografi yang baik, tetapi hal tersebut tidak akan pernah bisa menghasilkan karya-karya foto yang gemilang tanpa dipadukan dengan kecermatan pengamatan, kepekaan perasaan dan ketajaman intuisi atau naluri serta mampu menjunjung tinggi etika profesi

Jadi dengan tidak menguasai sama sekali tehnik fotografi, fotografer benar-benar menggunakan perasaannya dalam membuat komposisi kemudian untuk urusan tehnisnya dia menggunakan metoda trial and error alias mencoba berbagai macam kombinasi kecepatan dan diafragma yang istilah fotografinya adalah bracketing

Satu yang menonjol dalam dunia fotografi saat ini adalah banyaknya hasil foto tetapi mengandung sedikit ‘jiwa’. Dengan makin canggihnya tehnologi fotografi yang mempermudah pemakaiannya orang akan lebih mengadu kecanggihan alat dan berlomba memiliki kamera yang canggih dari pada menghasilkan sebuah foto yang ber’isi’

Manusia memang makin pandai menciptakan alat bantu. Namun, bagaimanapun juga apa yang lahir dari otak tidaklah bisa disamai dengan alat buatan manusia

Ciri khas bukanlah suatu keahlian yang dapat dibeli maupun dipelajari tetapi merupakan bakat yang dapat diasah dan dikembangkan dalam diri

Kita harus mau dan mampu melihat dengan mata hati, mempertajam intuisi dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar, serta mengikuti dorongan naluri seni yang mengalir bebas tanpa beban maka niscaya kita akan mampu menciptakan suatu karya foto yang ‘kental’ dengan personal touch

Tehnik Pencahayaan Portrait Klasik

Sudah menjadi pendapat umum bahwa foto yang disebut dengan potret/portrait adalah foto dengan manusia sebagai objeknya dan manusia yang berada didalam sebuah potret mempunyai perbedaan gaya dan karakter satu dengan lainnya.

Potret dalam bentuk nuansa klasik mempunyai perbedaan dalam pengambilannya. Sebuah potret klasik bukanlah foto yang candid atau yang diambil seadanya, melainkan sebuah hasil foto yang diatur sedemikian rupa pose dan komposisinya menurut kaidah dan disiplin fotografi potret yang telah berabad-abad di wariskan.

Tujuan dasar seorang tukang potret atau portraitist (portrait artist) adalah menonjolkan karakter dan membuat ideal subjeknya. Hasil potret yang baik tidak hanya menunjukan karakter dari subjek tetapi juga menonjolkan ke’cantikan’ atau ke’gantengan’ yang dimilikinya.

Lebih dari itu tampilan dari subjek dalam foto harus tampak tidak membosankan dan enak dilihat selamanya.

Semuanya itu merupakan suatu tantangan yang harus diatasi bagi seorang portraitist untuk dapat mencapai kesuksesan

Karena sebuah hasil karya foto yang dapat disebut sempurna terdiri dari berbagai macam hal-hal yang tidak dapat diukur dan bersifat relatif, maka untuk menghasilkan karya tersebut seorang portraitist dapat mengandalkan disiplin dan tehnik yang telah terbukti selama berabad-abad yang diantaranya adalah :

1. Elemen cahaya atau pencahayaan
2. Posing atau gaya
3. Komposisi
dan yang paling penting diantara ketiganya adalah elemen cahaya

Walaupun posisi angle kamera, pose dan ekspresi memegang peranan yang tak kalah pentingnya, pencahayaan adalah alat yang paling fleksibel.

Dengan pencahayaan yang tepat anda dapat merubah penampilan orang yang gemuk menjadi lebih kurus, orang yang lemah menjadi perkasa dan orang yang tua menjadi tampak lebih muda. Dengan cahaya yang cukup anda dapat menciptakan ilusi tiga dimensi diatas bidang yang rata. Pencahayaan yang diatur dengan hati-hati dengan rasio yang tepat menciptakan penampakan yang seakan membuat hasil potret menjadi terlihat hidup, ilusi yang membuat gambar dua dimensi seakan terlihat tiga dimensi.

Pencahayaan Dasar
Dibutuhkan 4 (empat) sumber pencahayaan dasar atau tradisional yang dapat dibedakan menurut fungsinya yaitu :
1. Key atau Mainlight
2. Fill light
3. Hairlight
4. Background light
Kadangkala lampu tambahan atau lampu kelima dipakai terutama untuk memotret seorang pria, lampu kelima itu disebut dengan:
5. Kicker

Semua pencahayaan potret mencontoh dan mengimitasikan sinar mentari yang dapat kita cermati secara alami.

The Key light, seperti halnya sinar mentari, adalah sumber cahaya yang memberikan penampakan bentuk dari subjek sedangkan pencahayaan lainnya hanya bersifat membantu melengkapi key light. Seperti layaknya sang surya, mainlight tidak pernah diletakan dibawah level mata, selalu terletak diatas wajah atau kepala dapat terletak dikiri atau kanan kamera.

Mainlight ini juga menciptakan apa yang disebut dengan catchligts di bola mata subjek.
Catchlights ini adalah pantulan dari sumber cahaya yang seharusnya tampak pada iris bagian hitam bola mata subjek dengan letak agak keatas tergantung dari pengaturan sumber cahayanya

Keylight biasanya adalah sumber cahaya yang lembut dan diatur tidak langsung terarah ketengah-tengah muka melainkan hanya menyerempet wajah subjek.
Apabila inti cahaya langsung mengarah ketengah subjek maka kulitnya akan cendrung oversaturated dan akibatnya seluruh foto akan tampak over

Fill light diletakan disamping dan dekat dengan kamera pada posisi yang berlawanan dengan mainlight. Hal ini untuk menerangi bayangan yang ditimbulkan oleh key atau mainlight, letaknya yang dekat dengan kamera dimaksudkan untuk mencegah timbulnya bayangan yang kedua. Letaknya hampir sejajar dengan kamera kecuali jika kamera diletakan pada posisi low angle.
Kadangkala sumber cahaya fill light ini digantikan reflektor dengan hasil yang tak kalah sempurna

Hair ligth adalah sumber cahaya tambahan yang bertugas menerangi bagian rambut dan terletak diatas kira-kira 45 derajat dari lens axis, berfungsi untuk memisahkan subjek dengan BG.
Dalam mengatur letak hairlight, kita harus berhati-hati agar tidak menyinari muka subjek dan lensa kamera karena akan menimbulkan flare

BG light berfungsi untuk menyinari BG agar subjek terlihat terpisah, sama seperti fungsi dari hairlight. BG light tidak boleh terlihat oleh kamera, harus tersembunyi baik dibelakang maupun disamping subjek

Kicker light adalah lampu tambahan yang biasanya dipakai untuk pemotretan pria agar terlihat lebih maskulin

Empat macam pola pencahayaan
1. Paramount lighting
2. Loop lighting
3. Rembrant lighting
4. Split lighting
adalah kombinasi sederhana dari perpaduan ke empat tipe sumber pencahayaan dasar.

Perbedaan pola pencahayaan tersebut adalah pada tata-letak sumber cahaya sehingga menimbulkan efek pencahayaan yang berbeda pada wajah

Pada Paramount lighting atau butterfly, sumber cahaya Mainlight dan Fill berada pada posisi yang sama hanya berbeda mainlight agak jauh diatas dan fill light dibawahnya.
Nama butterfly didapat dari bayangan dibawah hidung yang berbentuk seperti kupu-kupu

Nama Loop lighting didapat dari bayangan hidung yang membentuk lengkungan di pipi subjek yang dicahayai fill light, sedangkan mainlight terletak berlawanan disebelah kamera dan terletak sedikit agak jauh

Rembrant lighting berasal dari nama seorang pelukis maestro yang karya-karyanya kebanyakan menggunakan cahaya seperti ini yaitu dengan meletakan Keylight agak jauh dan lebih rendah dari loop lighting sehingga pada pipi subjek yang dicahayai oleh fill light terdapat bocoran cahaya berlian yaitu cahaya dari mainlight yang berbentuk segitiga terletak dipipi bagian atas subjek

Split light lebih mudah lagi yaitu setengah dari wajah tercahayai sedangkan setengahnya lagi sembunyi dalam bayangan.

Friday 14 May 2010

Teknik Dasar Foto Potret


Untuk membuat foto berupa potret membutuhkan perencanaan yang baik. Kualitas foto bukan sekadar hasil jepretan kamera saja, namun dapat menampilkan makna dari kepribadian dan ekspresi orang yang ada dalam foto tersebut. Yang perlu diperhatikan tidak hanya subyek foto tersebut, namun juga pencahayaan, latar belakang, set, lokasi, pose, ekspresi muka dan warna. Meski mungkin Anda tidak mampu mengambil foto potret seindah fotografer profesional, namun dengan mempelajari beberapa teknik dasarnya, Anda bisa membuat foto potret sendiri.

Berikut ini beberapa tips dan saran untuk membuat foto potret yang baik.

*
Bagaimana cara membuat seseorang tersenyum di depan kamera?

Pastikan subyek yang Anda foto dalam kondisi atau mood yang baik untuk difoto. Misalnya Anda ingin membuat foto seorang anak kecil, maka pastikan bahwa ia tidak dalam kondisi lelah atau lapar. Juga pastikan subyek yang Anda foto tidak dalam kondisi lelah karena dapat membuat wajah dan matanya menjadi lebih tegang. Anda dapat memberikan sedikit waktu untuk beristirahat atau menikmati makanan ringan sebelum sesi pemotretan dimulai. Dengan memberi waktu jedah istirahat sambil menikmati cemilan, Anda akan membangun interaksi yang baik dengan subyek foto Anda. Bersikap ramah dan berbicaralah dengannya yang akan membantunya lebih rileks.

Namun jangan membuat situasi menjadi lucu hingga subyek tersebut tertawa terbahak-bahak. Karena hal ini dapat membuat matanya menjadi juling dan membuat aliran darah di wajah lebih banyak. Cobalah mengambil gambar dengan ekspresi wajah yang berbeda-beda. Semakin banyak foto yang Anda buat, semakin banyak kesempatan memperoleh foto terbaik yang menampilkan karakter orang tersebut.
*
Bagaimana penanganan orang yang menggunakan kacamata?

Kacamata dapat menimbulkan pantulan cahaya dan membuat silau. Karena itu Anda dapat melihatnya dari viewfinder atau layar LCD kamera Anda, apakah ada pantulan cahaya yang mengganggu. Jika ternyata ada pantulan cahaya di kacamata subyek yang Anda foto, Anda dapat memintanya untuk menggerakkan kepalanya secara perlahan hingga pantulan cahaya tersebut hilang dari titik tengah matanya. Anda juga dapat memintanya sedikit menundukkan kepalanya, namun berhati-hatilah agar tidak terjadi lipatan pada dagunya jika terlalu menunduk.
*
Bagaimana dengan pakaian dan penampilan?

Jika Anda akan mengambil foto sekelompok orang, perhatikan juga warna pakaian. Gunakan warna yang enak dipandang. Atau Anda dapat juga meminta mereka menggunakan warna yang sama.

Jika Anda akan mengambil foto seseorang, warna pakaian juga perlu diperhatikan. Jika Anda ingin memfoto seseorang berbadan besar, maka sebaiknya ia menggunakan pakaian berwarna gelap. Sebaliknya jika subyek Anda berbadan kurus atau kecil, maka mintalah ia menggunakan pakaian berwarna terang.

Lalu pastikan pakaian tidak kusut saat difoto. Jika orang tersebut menggunakan dasi, perhatikan apakah dasinya sudah lurus dan rapi. Lalu pastikan rambutnya telah rapi. Mata Anda mungkin tidak mampu memperhatikan ada helai rambut yang keluar dan mengganggu, namun lensa kamera akan menangkapnya dengan jelas. Lalu jika Anda akan mengambil gambar seorang wanita, Anda dapat memperhatikan make up yang digunakan telah sesuai.
*
Apa yang perlu diperhatikan saat foto outdoor atau di luar ruangan?

Saat mengambil foto di luar ruangan, perhatikan situasi yang menjadi latar belakang foto tersebut. Pilihlah pohon, bunga, pagar kayu, atau tembok rumah sebagai latar belakang. Jangan mengambil foto dengan latar kegiatan yang sibuk seperti jalan raya, kabel listrik, atau daerah bisnis dan sibuk. Hal ini dapat mengurangi keindahan hasil foto Anda. Ingatlah subyek Anda dalam foto potret adalah orang yang akan Anda foto saja dan bukan latar belakangnya.
*
Apa yang perlu diperhatikan saat foto indoor atau di dalam ruangan?

Jika Anda mengambil foto di dalam ruangan, Anda bisa mempersilahkan subyek yang Anda foto untuk duduk di kursi atau sofa yang diletakkan di depan sebuah tembok berwarna cerah atau di dekat tanaman indoor

Anda juga dapat mengatur agar latar belakang foto tersebut menggambarkan pekerjaan dan kegiatan favorit dari subyek yang Anda foto. Misalnya Anda dapat meletakkan meja atau alat jahit sebagai latar belakang.
*
Lensa apa yang cocok untuk foto potret?

Anda dapat menggunakan lensa antara 105 sampai 150 mm untuk mengambil foto potret. Jika Anda tidak dapat mengganti atau mengatur lensa kamera Anda, misalnya kamera saku (pocket camera), Anda dapat mengatur jarak antara Anda dan subyek yang difoto. Cobalah mendekati atau menjauh dari subyek hingga Anda mendapatkan posisi foto yang paling tepat.
*
Bagaimana komposisi foto yang tepat?

Anda dapat menyisakan sedikit jarak dari subyek yang Anda foto ke sisi foto tersebut. Jarak ini berguna jika Anda akan membuat bingkai untuk foto tersebut sehingga tidak akan memotong bagian tubuh subyek yang Anda foto.

Lalu posisikan wajah atau mata dari subyek foto Anda pada area kira-kira sepertiga bagian atas atau samping atau bawah foto Anda. Dalam ilmu fotografi, teknik ini dikenal dengan nama rule of thirds. Anda juga dapat menjadikan mata dari subyek foto di bagian tengah foto Anda.
*
Bagaimana dengan posisi dan sikap dari subyek foto?

Pastikan subyek yang Anda foto dalam posisi rileks, baik saat berdiri, duduk, atau berbaring. Jika wajahnya terlalu bulat, mintalah subyek foto Anda untuk sedikit memutar kepala atau badannya sehingga hanya sebagian dari wajahnya terkena pencahayaan. Hal ini akan membuat wajahnya lebih ramping.

Perhatikan posisi tubuh yang lain, seperti tangan dan kaki. Pastikan posisi tubuh dalam posisi alami atau natural. Cobalah agar subyek yang Anda foto memegang sesuatu atau melakukan pose yang alamiah. Jangan biarkan kedua tangan lurus ke bawah di samping tubuh. Hal ini sering dilakukan fotografer pemula namun akan membuat subyek terlihat kaku dalam foto.
*
Bagaimana cara mengambil gambar subyek pasangan?

Mintalah mereka untuk sedikit memiringkan kepala satu sama lain. Hal ini untuk menghindari kepala mereka sama tinggi. Cobalah menempatkan tinggi hidung salah satu orang pada ketinggian mata orang lainnya.
*
Bagaimana dengan pencahayaan?

Jika Anda mengambil foto di luar ruangan (outdoor), saat terbaik adalah pada sore hari, karena udara lebih tenang dan warna cahaya terlihat lebih hangat. Hindari cahaya matahari terlalu terik sehingga membuat mata dari subyek foto Anda menjadi sipit karena terlalu silau.

Jika matahari terlalu terik, posisikan agar matahari menyinari dari belakang subyek foto Anda. Memang hal ini akan menyebabkan wajahnya menjadi gelap karena menjadi bayangan matahari yang menyinari dari belakang. Anda dapat menggunakan flash atau blitz atau lampu kilat untuk menerangi daerah yang menjadi bayangan matahari. Anda juga dapat menggunakan reflector atau yang paling mudah menggunakan white board untuk memantulkan cahaya matahari ke bagian yang menjadi bayangan matahari.

Jika mengambil gambar di dalam ruangan (indoor), gunakan blitz untuk pencahayaan. Anda juga dapat mengambil gambar di dekat jendela yang memiliki pencahayaan lebih terang. Lakukan ini di daerah yang memiliki tembok berwarna putih atau terang, karena akan memantulkan cahaya dari blitz kamera Anda sehingga lebih memperkuat pencahayaan.

Sekarang Anda sudah siap untuk mengambil foto sahabat, anggota keluarga atau pasangan Anda dengan hasil yang lebih baik bahkan bisa menyamai hasil dari fotografer profesional. Selamat memotret!

Angle [sudut pandang]



Ada berapa Angle dalam teknik pemotretan :

• Eye Level Angle:Foto dari sudut pengambilan setinggi mata, karena kita terbiasa melihat dengan sudut pandang ini sehingga foto yg dihasilkan nyaman untuk dilihat. Jika memotret orang laen dengan eye level angle usahakan kita memotret sejajar dengan mata orang yg kita potret, bukan mata kita.

• Low Angle : motret dari bawah subjek, efek yg dihasilkan adalah kita ingin subjek yg kita potret menjadi lebih penting, besar, kuat, berkuasa, megah dll.

• High Angle : motret dari atas subjek, efek yg dihasilkan adalah kita ingin agar orang yang melihat foto tersebut merasa lebih penting, berkuasa, besar dan sedang mengamati subjek yg dipotret. Hehehe tapi ngga selalu begitu ding, biasanya hasil akhir perasaannya malah kebalik... misalnya kalo kita motret makro ulet bulu yg sangat cantik warna-warni atau serangga laen dari high angle, yg terjadi malah kita merasa kecil di bawah alam dan keagungan Pencipta.

Friday 30 April 2010

Pengenalan Dasar Fotografi dari peralatan hingga istilah - istilah yang biasa di gunakan para Fotografer


Kata photography berasal dari kata photo yang berarti cahaya dan graph yang berarti gambar. Jadi photography bisa diartikan menggambar/melukis dengan cahaya.

Jenis-jenis kamera
a) Kamera film, sekarang juga disebut dengan kamera analog oleh beberapa orang.

Format film
Sebelum kita melangkah ke jenis-jenis kamera film ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu berbagai macam format/ukuran film.
1. APS, Advanced Photography System. Format kecil dengan ukuran film 16x24mm, dikemas dalam cartridge. Meski format ini tergolong baru, namun tidak populer. Toko yang menjual film jenis ini susah dicari di Indonesia
2. Format 135. Dikenal juga dengan film 35mm. Mempunyai ukuran 24x36mm, dikemas dalam bentuk cartridge berisi 20 atau 36 frame. Format ini adalah format yang paling populer, banyak kita temui di sekitar kita
3. Medium format
4. Large format

Jenis Film
1. Film B/W, film negatif hitam putih
2. Film negatif warna. Paling populer, sering kita pakai
3. Film positif, biasa juga disebut slide. Lebih mahal dan rawan overexposure. Meski demikian warna-warna yang dihasilkan lebih bagus karena dapat menangkap rentang kontras yang lebih luas

Jenis-jenis kamera Film
1. Pocket/compact. Kamera saku. Populer bagi orang awam, sederhana dan mudah dioperasikan. Menggunakan film format 35mm
2. Rangefinder. Kamera pencari jarak. Kecil, sekilas mirip dengan kamera saku. Bedanya, kamera ini mempunyai mekanisme fokusing (karenanya disebut rangefinder). Umumnya menggunakan film format 35mm
3. SLR, Single Lens Reflex. Kamera refleks lensa tunggal. Populer di kalangan profesional, amatir dan hobiis. Umumnya mempunyai lensa yang dapat diganti. Menggunakan film format 35mm. Disebut juga kamera sistem
4. TLR, Twin Lens Reflex. Kamera refleks lensa ganda. Biasanya menggunakan format medium
5. Viewfinder. Biasanya menggunakan format medium

Kamera manual dan kamera otomatis. Kamera-kamera SLR terbaru umumnya sudah dilengkapi sistem autofokus dan autoexposure namun masih dapat dioperasikan secara manual.

b ) Kamera digital
Menggunakan sensor digital sebagai pengganti film
1. Consumer. Kamera saku, murah, mudah pemakaiannya. Lensa tak dapat diganti. Sebagian besar hanya punya mode full-otomatis. Just point and shoot. Beberapa, seperti Canon seri A, memiliki mode manual.
2. Prosumer. Kamera SLR-like, harga menengah. Lensa tak dapat diganti. Shooting Mode manual dan auto
3. DSLR. Digital SLR


Lensa Kamera

mata dari kamera, secara umum menentukan kualitas foto yang dihasilkan lensa memiliki 2 properties penting yaitu panjang fokal dan aperture maksimum.

Field of View (FOV)
tiap lensa memiliki FOV yang lebarnya tergantung dari panjang fokalnya dan luas film/sensor yang digunakan.

Field of View Crop
sering disebut secara salah kaprah dengan focal length multiplier. Hampir semua kamera digital memiliki ukuran sensor yang lebih kecil daripada film 35mm, maka pada field of view kamera digital lebih kecil dari pada kamera 35mm. Misal lensa 50 mm pada Nikon D70 memiliki FOV yang sama dengan lensa 75mm pada kamera film 35mm (FOV crop factor 1.5x)

Jenis-jenis Lensa
a. berdasarkan prime-vario
1. Fixed focal/Prime, memiliki panjang fokal tetap, misal Fujinon 35mm F/3.5 memiliki panjang fokal 35 mm. Lensa prime kurang fleksibel, namun kualitasnya lebih tinggi daripada lensa zoom pada harga yang sama
2. Zoom/Vario, memiliki panjang fokal yang dapat diubah, misal Canon EF-S 18-55mm F/3.5-5.6 memiliki panjang fokal yang dapat diubah dari 18 mm sampai 55 mm. Fleksibel karena panjang fokalnya yang dapat diatur

b. berdasarkan panjang focal
1. Wide, lensa dengan FOV lebar, panjang fokal 35 mm atau kurang. Biasanya digunakan untuk memotret pemandangan dan gedung
2. Normal, panjang fokal sekitar 50 mm. Lensa serbaguna, cepat dan harganya murah
3. Tele, lensa dengan FOV sempit, panjang fokal 70mm atau lebih. Untuk memotret dari jarak jauh

c. berdasarkan aperture maksimumnya
1. Cepat, memiliki aperture maksimum yang lebar
2. Lambat, memiliki aperture maksimum sempit

d. lensa-lensa khusus
1. Lensa Makro, digunakan untuk memotret dari jarak dekat
2. Lensa Tilt and Shift, bisa dibengkokan

Ketentuan lensa lebar/tele (berdasarkan panjang focal) di atas berlaku untuk kamera film 35mm. Lensa Nikkor 50 mm menjadi lensa normal pada kamera film 35mm, tapi menjadi lensa tele jika digunakan pada kamera digital Nikon D70. Pada Nikon D70 FOV Nikkor 50 mm setara dengan FOV lensa 75 mm pada kamera film 35mm

Peralatan bantu lain
- Tripod , diperlukan untuk pemotretan dengan kecepatan lambat. Pada kecepatan lambat, menghindari goyangan kamera jika dipegang dengan tangan (handheld). Secara umum kecepatan minimal handhel adalah 1/focal.
Membawa tripod saat hunting bisa merepotkan. Untuk keperluan hunting biasanya tripod yang dibawa adalah tripod yang ringan dan kecil.
- Monopod , mirip tripod, kaki satu. Lebih mudah dibawa. Hanya dapat menghilangkan goyangan vertikal saja.
- Flash/blitz/lampu kilat , untuk menerangai obyek dalam kondisi gelap
- Filter , untuk menyaring cahaya yang masuk. Ada banyak jenisnya :
UV, menyaring cahaya UV agar tidak terjadi hazy pada foto2 landscape, sering digunakan untuk melindungi lensa dari debu.
PL/CPL (Polarizer/Circular Polarizar) untuk mengurangi bayangan pada permukaan non logam. Bisa juga untuk menambah kontras langit

Exposure

jumlah cahaya yang masuk ke kamera, tergantung dari aperture dan kecepatan.
- Aperture/diafragma . Makin besar aperture makin banyak cahaya yang masuk. Aperture dinyatakan dengan angka angka antara lain sebagai berikut: f/1,4 f/2 f/3,5 f/5.6 f/8. semakin besar angkanya (f number), aperture makin kecil aperturenya
- Shutter speed/kecepatan rana . Makin cepat, makin sedikit cahaya yang masuk
- ISO , menyatakan sensitivitas sensor/film. Makin tinggi ISOnya maka jumlah cahaya yang dibutuhkan makin sedikit. Film ISO 100 memerlukan jumlah cahaya 2 kali film ISO 200
Contoh: kombinasi diafragma f/5.6 kec. 1/500 pada ISO 100 setara dengan diafragma f/8 kec 1/500 atau f/5.6 kec. 1/1000 pada ISO 200.

Exposure meter , pengukur cahaya. Hampir tiap kamera modern memiliki pengukur cahaya internal. Selain itu juga tersedia pengukur cahaya eksternal

Exposure metering ( sering disingkat dengan metering )
adalah metode pengukuran cahaya
1. Average metering , mengukur cahaya rata-rata seluruh frame
2. Center-weighted average metering , mengukur cahaya rata-rata dengan titik berat bagian tengah
3. Matrix/Evaluative metering , Mengukur cahaya di berbagai bagian dari frame, untuk kemudian dikalkulasi dengan metode-metode otomatis tertentu
4. Spot metering , mengukur cahaya hanya pada bagian kecil di tengah frame saja

Exposure compensation, 18% grey . Exposure meter selalu mengukur cahaya dan menhasilkan pengukuran sehingga terang foto yang dihasilkan berkisar pada 18% grey. Jadi kalau kita membidik sebidang kain putih dan menggunakan seting exposure sebagaimana yang ditunjukan oleh meter, maka kain putih tersebut akan menjadi abu-abu dalam foto. Untuk mengatasi hal tersebut kita harus melakukan exposure compensation. Exposure kita tambah sehingga kain menjadi putih.

Under exposured = foto terlalu gelap karena kurang exposure
Over exposured = foto terlalu terang karena kelebihan exposure

Istilah stop
Naik 1 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 2 kali.
Naik 2 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 4 kali.
Turun 1 stop exposure diturunkan menjadi 1/2 kali.
Turun 2 stop exposure diturunkan menjadi 1/4 kali.

Kenaikan 1 stop pada aperture sebagai berikut: f/22; f/16; f/11; f/8; f/5,6; f/4; f/2,8; f/2.
Beda f number tiap stop adalah 0,7 kali (1/ akar2).

Kenaikan 1 stop pada kec. Rana sebagai berikut: 1/2000; 1/1000; 1/500; 1/250; 1/125; 1/60; 1/30; 1/15; 1/8; 1/4; 1/2; 1.
Beda speed tiap stop adalah 2 kali

DOF , Depth of Field, kedalaman medan. DOF adalah daerah tajam di sekitar fokus.
Kedalaman medan dipengaruhi oleh besar aperture, panjang fokal, dan jarak ke obyek.
1. Aperture, semakin besar aperture (f number makin kecil) maka DOF akan makin dangkal/sempit
2. Panjang fokal (riil), semakin panjang fokal, DOF makin dangkal/sempit
3. Jarak ke obyek, semakin dekat jarak ke obyek maka DOF makin dangkal/sempit

Pemilihan DOF
- Jika DOF sempit, FG dan BG akan blur. DOF sempit digunakan jika kita ingin mengisolasi/menonjolkan obyek dari lingkungan sekitarnya misalnya pada foto-foto portrait atau foto bunga.
- Jika DOF lebar, FG dan BG tampak lebih tajam. DOF lebar digunakan jika kita menginginkan hampir seluruh bagian pada foto nampak tajam, seperti pada foto landscape atau foto jurnalistik.

Shooting mode
Mode auto , mode point and shoot, tinggal bidik dan jepret
1. Full auto, kamera yang menentukan semua parameter
2. Portrait, kamera menggunakan aperture terbesar untuk menyempitkan DOF
3. Landscape, kamera menggunakan aperture terkecil
4. Nightscene, menggunakan kecepatan lambat dan flash untuk menangkap obyek dan BG sekaligus
5. Fast shuter speed
6. Slow shutter speed

Creative zone
1. P, program AE. Mirip dengan mode auto dengan kontrol lebih. Dengan mode ini kita bisa mengontrol exposure compensation, ISO, metering mode, Auto/manual fokus, white balance, flash on/off, dan continues shooting.
2. Tv, shutter speed priority AE. Kita menetukan speed, kamera akan menghitung aperture yang tepat
3. Av, aperture priority AE. Kita menentukan aperture, kamera mengatur speed
4. M, manual exposure. Kita yang menentukan aperture dan speed secara manual

Komposisi dan Angle
Komposisi adalah penempatan obyek dalam frame foto
Angle adalah sudut pemotretan, dari bawah, atas, atau sejajar
Komposisi dan angle lebih menyangkut ke seni dari fotografi. Faktor selera fotografer sangat besar pengaruhnya.

Monday 11 January 2010

Mempertahankan Orisinalitas Gambar

Melalui kamera dan cahaya, seorang fotografer dapat mengungkapka gagasan dan pesan kreatifnya. Pada dasarnya fotografi adalah sebuah kegiatan melukis dengan cahaya. Pencahayaan yang baik seringkali menghasilkan foto berkualitas.

Di sisi lain, gue melihat cahaya, fungsi cahaya bukan hanya sekadar bahan dasar foto. Tetapi gue juga melihat, dengan cahaya seorang fotografer dapat bercerita lebih baik dan karakter obyek pun dapat diungkapkan. Tak heran, jika hasilnya banyak memberikan manfaat dan salah satunya adalah untuk kegiatan komersial yaitu: iklan

Seiring dengan itu, tak heran bila fotografi komersial kian tumbuh dikarenakan menjadi sebuah media komunikasi visual dalam menyampaikan sebuah pesan. Nah, untuk proses pembuatan foto jenis ini, ada beberapa pihak yang terlibat di luar fotografer itu sendiri. Namun saat ini gue tidak ingin bicara bagian-bagian tersebut satu per satu. Gue hanya ingin sedikit menyoroti perbedaan yang cukup mencolok antara fotografi komersial sekarang dengan 25 tahun lalu yang gue kenal.

Meski saat ini eranya serba simple dan mudah, namun bukan berarti menggampangkan segala sesuatu. Menurut gue, antara fotografer dan creative director sama-sama menyadari, bahwa proses kreatif itu tidak bisa instan dan harus selalu mengikuti konsep yang sudah ada. Adanya kesadaran ini secara tidak langsung akan menstimulus munculnya ide-ide kreatif yang baru dan orisinil. Selain itu fotografer menjadi lebih percaya diri terhadap kemampuannya dan tidak lagi mengandalkan Digital Imaging (DI) sebagai tumpuan utama.

Pada dasarnya DI memang diperlukan oleh fotografer apalagi dalam dunia fotografi digital seperti saat ini. Akan tetapi DI tersebut tidak harus menjadi satu-satunya media membuat sebuah foto menjadi bagus. Karena jika hal tersebut dilakukan, maka fotografer tidak lagi konsentrasi dengan masalah cahaya. Seperti yang udah gue bilang tadi, bahwa motret itu adalah melukis dengan cahaya.

Tak heran kalau gue sering melihat beberapa fotografer sedikit kesulitan soal cahaya yang tidak teratur, saat pemotretan out door atau on location. Padahal andai saja sedikit mau berpkir, kita bisa memanfaatkan keadaan sekitar dengan mengambil atmosfirnya atau mengexpose embien-embien cahaya yang ada. Dengan demikian kita bisa meminimalize kerja editing.

Bahkan seorang ahli DI jika memahami soal lighting, secara tidak langsung akan mempermudah dan mempercepat pekerjaannya. Mengingat pentingnya lighting dalam fotografi, maka gue tak pernah berhenti memberikan input kepada teman2 fotografer untuk terus belajar mengenai lighting secara benar. Karena sudah jelas bahwa fotografi adalah cahaya, tidak ada cahaya tidak ada foto. Kamera hanya media perangkat untuk menangkap cahaya. Baik itu cahaya buatan maupun matahari guna menciptakan sebuah foto. Karena itu gunakanlah kamera sebaik mungkin dan maksimalkan potensinya.

Kembali ke soal konsep pemotretan komersial. Sedikit menengok ke belakang. Beberapa tahun lalu, Gue pernah baca Biography seorang creative director namanya Bapak Cahyono (almarhum). Setiap kali akan melakukan pemotretan, dia selalu membuat gambar terlebih dahulu. Sesudah itu, beliau berdiskusikan kepada fotografer sambil memperlihatkan gambarnya sebagai konsep foto iklan.

Dengan adanya sket yang menjadi guidance dan pre visualisasi, membuat saya langsung memiliki bayangan apa yang harus dikerjakan dan digunakan ketika memotret. Misalnya, menggunakan lensa apa, lighting harus bagaimana serta komposisinya seperti apa dan sebagainya. Jadi seperti yang udah gue bilang tadi di atas bahwa konsep mempunyai peran yang sangat penting terhadap keberhasilan suatu pemotretan komersial. Jadi menurut gue foto komersial yang bagus secara visual dia memiliki kedalaman filosofi yang baik, dari sisi fotografi bisa dipertanggungjawabkan dan konsepnya orisinil serta menarik.

Oleh karena itu, alangkah indahnya bila masing-masing mengerti akan porsi kegiatannya masing-masing sehingga terjalin sebuah kolaborasi dan sinergitas yang saling mengisi. Karena pada sisi-sisi tertentu seorang fotografer itu harus mempunyai independensi. Kebebasan itu bukan bentuk untuk mengunggulkan egonya. Tapi lebih untuk memberi ruang bagi fotografer tersebut untuk bisa lebih berkreasi sesuai karakternya. Karena saat ini sudah agak jarang seorang fotografer mempunyai warnanya sendiri. Semua foto karakternya sama dan kebanyakan lebih menonjolkan Digital Imaging (DI).

Gue sendiri Bukan nya anti DI. Tapi jika hanya mengandalakan DI semata, gue takut kepekaan terhadap fotografi itu sendiri menjadi tidak ada. Padahal fotografi itu adalah sebuah perjalanan hidup kita dalam melakukan sebuah eksplorasi. Jika filosofi ini saja tidak bisa kita pegang, bagaimana kita bisa menjadi fotografer yang baik.

[kutipan dari Darwis Triadi]

[input] Which Better...?

Share with me